Berambisi perluas layanan hingga daerah, fintech Ovo hadapi kendala infrastruktur
JAKARTA, kabarbisnis.com: Layanan financial technology (fintech) pembayaran Ovo menyatakan ingin berekspansi ke luar negeri. Hanya saja, saat ini perusahaan masih akan fokus menggarap pasar dalam negeri.
"Kita mau ke luar negeri. Hanya, PR (Pekerjaan Rumah) di sini masih banyak," ujar Director Ovo Johnny Widodo di Jakarta, Selasa (29/1/2019).
Menurutnya, Ovo harus membantu inklusi keuangan di Indonesia dahulu sebelum mengembangkan bisnis ke mancanegara. Di antaranya dengan masuk ke berbagai remote area atau daerah terpencil di Tanah Air.
"Jadi potensi yang bisa digarap di Indonesia masih besar. Hanya saja kalau ditanya mau ekspansi ke luar, ya tentu mau tapi kapan? Itu masih rahasia perusahaan," jelas Johnny.
Lebih lanjut, ia menuturkan, salah satu kendala mengembangkan layanan keuangan digital di Indonesia yakni terkait infrastruktur. Pasalnya, belum semua daerah bisa mengakses smartphone karena terkendala sinyal.
"Kita masih sangat tergantung dengan signal. Bagaimana agar ada signal? Maka harus ada infrastruktur? Keberadaan infrastruktur tergantung pemerintah," katanya.
Ia menyadari, masalah infrastruktur memang tidak mudah diselesaikan. Alasannya, wilayah Indonesia sangat luas.
"Pemerintah misalnya tengah menjalankan pembangunan Palapa Ring. Susah juga, kenyataannya di Indonesia memang begitu," ujar Johnny.
Sebagai informasi, pada 2018 volume transaksi Ovo mencapai 1 miliar. Dengan jumlah pengguna sebanyak 115 juta.
Aplikasi ini pun telah memiliki 230 ribu merchant. Maka lebih dari 200 kota di Indonesia sudah bisa menggunakannya. kbc10
Paling Banyak Dikeluhkan, Granostic Hadirkan Layanan Pain Management Center
Jelang Konggres XXV di Bandung, Inilah Harapan Ketua PWI Jatim Lutfil Hakim
Nilai Transaksi Kripto Menyusut pada Januari - Agustus 2023
The Fed Diramal Bakal Kerek Suku Bunga Jadi 5,75 Persen di Akhir Tahun
Hindari 'Penjajahan' Teknologi, RI Harus Segera Geber 5G