Penjualan Sampoerna turun di awall tahun, dampak cukai tak naik?

Jum'at, 10 Mei 2019 | 09:41 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Keputusan pemerintah untuk menahan kenaikan tarif cukai pada tahun ini ternyata justru berdampak negatif pada penjualan emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk di awal tahun.

Direktur Utama Sampoerna, Mindaugas Trumpaitis mengatakan, absennya kenaikan pajak cukai membuat volume penjualan perusahaan menurun 3,7 persen menjadi 22,1 miliar batang. Penurunan volume penjualan ini disebut sedikit menekan pangsa pasar perusahaan dari kisaran 33 persen menjadi 32,2 persen.

Ia menjelaskan ketika pemerintah mengumumkan kenaikan cukai dan harga di akhir tahun sebelumnya, pedagang besar biasanya mengantisipasi dengan meningkatkan stok sebelum kenaikan cukai berlaku. Harapannya, pedagang bisa mendapatkan keuntungan tambahan dari selisih harga. Kondisi itu tidak terjadi di awal tahun ini.

"Saat tidak ada kenaikan cukai, pedagang besar mulai menyesuaikan persediaannya ke bawah. Jadi, itu penyebab volume penjualan kami di awal tahun sedikit tertekan," ujar Trumpaitis dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (9/5/2019).

Turunnya penjualan, lanjut Trumpaitis, juga disebabkan oleh selisih harga ritel produk A Mild terhadap merek pesaing yang semakin besar setelah kenaikan harga dilakukan pada Oktober 2018 lalu. 

Kendati penjualan turun, pendapatan bersih perusahaan pada tiga bulan pertama masih positif akibat harga jual yang lebih tinggi di berbagai produk pada portofolionya.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, pendapatan masih tumbuh 2,9 persen menjadi Rp23,4 triliun. Kenaikan pendapatan mendorong laba tumbuh 8,4 persen menjadi Rp3,3 triliun.

Menurut Trumpaitis, penjualan perusahaan ke depan akan semakin baik mengingat permintaan produk rokok dengan kadar tar tinggi dan rendah pertumbuhannya mulai merangkak. Selama dua tahun terakhir, penjualan rokok cukup kena imbas negatif dari kenaikan pajak rokok yang rata-rata mencapai 11 persen per tahun selama dua tahun terakhir.

"Kenaikan pajak jauh lebih tinggi dari inflasi sehingga berdampak pada keterjangkauan harga produk," jelasnya.

Untuk mendukung kinerja perusahaan ke depan, perusahaan tahun ini juga mengalokasikan belanja modal sebesar Rp1 triliun. Alokasi tersebut utamanya ditujukan untuk perbaikan dan meningkatkan performa mesin-mesin. kbc10

Bagikan artikel ini: