Google lobi AS agar 'rujuk' dengan Huawei
JAKARTA, kabarbisnis.com: Google dikabarkan tengah berupaya untuk terus melakukan bisnis dengan Huawei dan telah memperingatkan administrasi Amerika Serikat (AS) bahwa itu berisiko membahayakan keamanan nasional jika bergerak maju dengan larangan besar-besaran terhadap perusahaan China.
Dilansir dari laman CGTN News, Senin (10/6/2019) lengkapnya eksekutif senior Google melobi para pejabat AS untuk menghapus perintah yang melarang perusahaan-perusahaan Amerika memasok perangkat lunak dan komponen ke Huawei.
Seperti diketahui, Pemerintah AS telah menambahkan Huawei ke daftar hitam perdagangan setelah pembicaraan perdagangan China-AS mengalami kemunduran besar pada Mei 2019. Langkah itu, yang menempatkan Huawei dan 68 afiliasi di lebih dari dua lusin negara masuk dalam Daftar Entitas Departemen Perdagangan.
Google sejak itu menangguhkan bisnis dengan Huawei setelah larangan tersebut, memotongnya dari pembaruan sistem operasi Android.
Sementara sanksi itu diperkirakan akan merugikan Huawei dalam jangka pendek, para pakar industri mengatakan itu bisa memaksa perusahaan dan perusahaan Cina lainnya untuk menjadi mandiri dengan mengembangkan lebih banyak teknologi. Ini dapat merusak dominasi perusahaan-perusahaan Amerika seperti Google di jangka panjang.
Google, khususnya, prihatin tidak akan diizinkan untuk memperbarui sistem operasi Android pada smartphone Huawei, yang menurutnya akan mendorong perusahaan China untuk mengembangkan versi perangkat lunaknya sendiri.
Eksekutif Google senior telah mendekati departemen perdagangan AS untuk meminta ekstensi lain atau dibebaskan dari larangan sama sekali.
"Seperti perusahaan AS lainnya, kami bekerja sama dengan Departemen Perdagangan untuk memastikan kami sepenuhnya mematuhi persyaratan dan lisensi sementara. Fokus kami adalah melindungi keamanan pengguna Google di jutaan handset Huawei yang ada di AS. dan di seluruh dunia, "kata pihak Google. kbc10
Hati-hati! Ditemukan 164 aplikasi jahat di Android Play Store
Makin populer, aplikasi pesaing WhatsApp kini dukung Bahasa Jawa
Ada 'harta karun' tersembunyi di lumpur Lapindo Sidoarjo, apa itu?
Pelanggan melejit di tengah pandemi, Netflix raup pendapatan Rp350 triliun
Erick khawatir mobil listrik bakal ganggu bisnis SPBU Pertamina