Tim Quick Win Destinasi Super Prioritas usulkan 4 strategi pacu wisman ke Borobudur

Senin, 2 September 2019 | 12:18 WIB ET

JAKARTA – Tim Quick Win 5 Destinasi Super Prioritas mengusulkan empat langkah strategis kepada Presiden Jokowi untuk mengakselerasi kunjungan wisatawan ke Borobudur dalam rapat terbatas dengan para menteri di kawasan Borobudur, pekan lalu. 

”Presiden Jokowi ingin lima destinasi super prioritas, termasuk Borobudur, benar-benar bisa menjadi pengungkit kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) untuk menggerakkan ekonomi rakyat dan mendulang devisa guna mengurangi current account deficit. Kunjungan wisman ke lima destinasi super prioritas harus tumbuh eksponensial, jangan lagi linear,” ujar Ketua Tim Quick Win 5 Destinasi Super Prioritas, Irfan Wahid, kepada wartawan, Senin (2/9/2019).

Kunjungan wisman ke Borobudur bisa dibilang minim. Apalagi jika dibandingkan dengan Angkor Wat, candi di Kamboja yang sama-sama menyandang status UNESCO World Heritage Site. Dalam setahun, Borobudur yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia dikunjungi sekitar 300.000 wisman. Adapun Angkor Wat dikunjungi 2,9 juta wisman.

”Artinya, kinerja Angkor Wat hampir 10 kali lebih efektif mendatangkan wisman dibanding kinerja kita dalam memoles Borobodur,” ujarnya. 

Irfan mencatat lima masalah utama terkait pengembangan Borobudur, yaitu penataan kawasan, minimnya atraksi malam hari, minimnya informasi destinasi sekitar Borobudur, minimnya pilihan kuliner, dan minimnya pilihan transportasi.

Irfan pun mengusulkan empat langkah strategis kepada Presiden Jokowi, yang kemudian direspons baik oleh Jokowi. 

Pertama, penataan kawasan agar Borobudur kian menarik untuk dikunjungi, termasuk membangun suasana “kesakralan”.

Pendekatan dipecah dengan menggunakan sensory-based model untuk memperkuat tourist experience. Mencakup touch, smell, sight, sound, dantaste dengan atmosfir destinasi yang sakral. Situasi saat ini masih lemah pada aspek sound, smell, dan taste. Taste diperkuat dengan sacre-gastronomi di desa-desa sekeliling candi, yang memperkuat industri gastronomi dengan tema sakral. Tentu saja dengan tetap mematuhi aturan UNESCO.

”Kami harus melihat sesuatu beyond dari candi. Borobudur ini memiliki beberapa situs seperti danau purba, sawah purba, dan sungai purba yang perlu diteliti lebih lanjut. Semua itu dikemas dalam storynomics tourism, pendekatan pariwisata berbasis narasi, konten kreatif, living culture, serta menggunakan kekuatan budaya sebagai DNA destinasi,” paparnya.

Kedua, penciptaan traffic puller baru, termasuk membuka keran public private partnership (PPP) untuk membuat atraksi baru. ”Misalnya, perlu theme park. Namun, harus theme park berkelas dunia, jangan setengah-setengah. Investasi ratusan miliar menuntut kolaborasi dengan swasta,” ujarnya.

Selain itu, Borobudur dan sekitarnya perlu menambah banyak pariwisata event (event tourism) untuk memperpanjang siklus destinasi (destination life cycle). ”Wisman mengunjungi Borobudur dan sekitarnya sekaligus menikmati event tourism. Ini bisa menambah lama kunjungan, jumlah, dan belanja wisman sekaligus,” jelas Irfan.

Ketiga, optimasi destinasi yang juga bisa membuat wisatawan bertahan lebih lama di wilayah Magelang. Rata-rata lama menginap wisman di Magelang baru berkisar 1,89 hari. 

Kualitas destinasi di sekitar Kabupaten Magelang dan Jogjakarta, Solo, Semarang (Joglosemar) secara umum perlu ditingkatkan. Di daerah Magelang ada sekitar 49 destinasi potensial. Di keseluruhan Joglosemar ada lebih dari 200 destinasi dengan keunikannya masing-masing. 

”Itu semua perlu dihidupkan sebagai kesatuan ekosistem pariwisata untuk mengerek kunjungan wisman ke Borobudur,” jelasnya.

Keempat, targeted marketing dengan optimalisasi basis data wisatawan, termasuk berkolaborasi dengan platform seperti Grab, Gojek, dan Traveloka. Data digital itu penting untuk memetakan perilaku wisatawan, sehingga langkah-langkah pengembangan Borobudur bisa fokus hanya pada satu hal, yaitu kunjungan wisman sebanyak-banyaknya.

”Targeted marketing ini perlu strategi digital terintegrasi. Jadi strategi digital bukan hanya soal influencer di media sosial atau placement di media online, tapi harus komprehensif. Misalnya perlu breakthrough dengan melibatkan growth hackers,” pungkasnya.

Bagikan artikel ini: