Berkat e-commerce, penjualan IKM meroket

Selasa, 3 September 2019 | 16:57 WIB ET

JAKARTA, kabarbisis.com: Kementerian Perindustrian terus mendorong pelaku industri kecil dan menengah (IKM) dalam negeri agar mengikuti perkembangan era ekonomi digital dan penerapan industri 4.0. Terutama mengenai upaya pemanfaatan teknologi. Tujuannya, selain memacu produktivitas dan daya saing, para pelaku IKM nasional juga didorong untuk meningkatkan hasil nilai penjualannya.

“Kami minta mereka bisa melakukan pemasaran secara online, karena penjualan seperti itu biayanya nol. Nah, dari evaluasi kami, penjualan secara online itu minimum bisa menaikkan omzet hingga 7 kali lipat,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa (3/9/2019).

Gati melanjutkan transformasi digital menjadikan e-commerce sebagai tantangan sekaligus potensi. Kondisi ini terlihat dari jual beli online yang semakin marak di Indonesia.

“Kami berharap, e-commerce akan menjadi gerbang bagi pelaku IKM. Untuk melakukan transformasi digital dengan menggunakan alat promosi digital, sistem informasi digital, pembayaran digital, serta manajemen relasi dengan pelanggan secara digital,” ujar Gati.

Selanjutnya, Gati menuturkan, saat ini jumlah IKM nasional lebih dari 4,4 juta unit usaha atau mencapai 99% dari seluruh unit usaha industri di Tanah Air. “Sektor industri mikro, kecil, dan menengah sudah menyerap hingga 10,5 juta tenaga kerja atau berkontribusi 65% dari sektor industri secara keseluruhan,” tuturnya.

Melihat data tersebut, Gati optimistis, apabila pelaku IKM nasional diberikan pembelajaran mengenai teknologi digital, maka akan mendorong mereka lebih produktif, kreatif, inovatif, dan kompetitif. “Kita ketahui, dalam era digital economy ini, semakin banyak bisnis yang dijalankan dengan basis teknologi informasi dan komunikasi,” kata Gati.

Menurutnya upaya strategis tersebut sebagai bagian dari pelaksanaan beberapa langkah prioritas yang tertuang dalam "Making Indonesia 4.0". “Pemanfaatan teknologi digital ini untuk memacu IKM nasional bisa berperan di era industri 4.0, seperti terlibat di dalam e-commerce yang diimplementasikan dalam program e-Smart IKM,” ucap Gati.

Lebih lanjut, Kemenperin menargetkan sebanyak 10.000 pelaku IKM dari berbagai sektor dapat masuk ke pasar online melalui program e-Smart IKM periode tahun 2017-2019. Mereka terdiri atas sektor industri makanan dan minuman, logam, furnitur, kerajinan, fesyen, herbal, kosmetik, serta industri kreatif.

“Hingga saat ini, animo peserta cukup tinggi, dengan jumlah peserta yang mengikuti workshop e-Smart IKM telah mencapai sekitar 9.000 pelaku usaha,” kata Gati.

Melihat data Kemenperin, total nilai transaksi e-commerce dari seluruh IKM tersebut, mencapai Rp2,3 miliar. Dari jumlah ini, sebanyak 31,87% atau sekitar Rp755 juta berasal dari sektor industri makanan dan minuman.

Gati mengatakan, program e-Smart IKM yang diinisiasi Kemenperin sejak dua tahun lalu. Sudah mejalin kerja sama dengan para pelaku e-commerce di Indonesia, seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia. “Jadi, kami mendorong pelaku IKM nasional mampu menembus pasar ekspor di tengah era digital atau maraknya e-commerce,” pungkasnya.kbc11

Bagikan artikel ini: