Gara-gara jalanan macet, Indonesia rugi Rp56 triliun per tahun

Jum'at, 4 Oktober 2019 | 09:25 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kemacetan yang sering terjadi di sejumlah ruas jalan di Tanah Air rupanya tak hanya merugikan dari segi waktu saja, melainkan juga dari segi materi. Bank Dunia bahkan memperkirakan kerugian akibat kemacetan mencapai Rp 56 triliun dalam satu tahun.

Dalam laporannya, Bank Dunia menjelasakan kemacetan timbul akibat laju urbanisasi yang belum merata. Warga lebih menggemari untuk tinggal di kota besar sehingga terjadi penumpukan populasi dan beban perekonomian disana.

Global Director for Urban and Territorial Development, Disaster Risk Management and Resilience Bank Dunia, Sameh Wahba dalam laporan Bank Dunia berjudul “Mewujudkan Potensi Perkotaan Indonesia,” menyebutkan bahwa total biaya yang hilang akibat kemacetan lalu lintas untuk 28 wilayah metro di Indonesia sebesar USD 4 miliar per tahun atau sekitar Rp 56,7 triliun (kurs Rp 14.188 per USD). Angka ini setara dengan 0,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

“Jadi urbanisasi yang tidka dikelola dengan baik memberikan tekanan pada kemacetan, polusi, daerah kumuh, serta pemukiman dan infrastruktur,” kata dia, di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Bank Dunia mengungkapkan untuk DKI Jakarta saja, total kerugian yang hilang akibat kemacetan lalu-lintas mencapai USD 2,6 miliar atau sekitar Rp 36,8 triliun. Jakarta juga masuk dalam daftar sepuluh kota dengan kemacetan lalu-lintas tertinggi di dunia. Bahkan berdasarkan Indeks Kemacetan Lalu-lintas TomTom, Jakarta adalah kota dengan kemacetan tertinggi di antara 18 kota besar di seluruh dunia.

“Dengan estimasi tambahan waktu sebesar 58 persen yang diperlukan untuk setiap perjalanan, ke manapun dan kapanpun di Jakarta,” ujarnya.

Kota-kota kecil lain di Indonesia, seperti Padang dan Yogyakarta, juga bahkan mengalami kemacetan. Seperempat waktu perjalanan hilang akibat kemacetan lalu-lintas. kbc10

Bagikan artikel ini: