Suparma genjot produk kertas ramah lingkungan

SURABAYA, kabarbisnis.com: Upaya pemerintah untuk mengurangi sampah plastik dan mendorong industri dalam negeri untuk menghasilkan produk ramah lingkungan disikapi oleh emiten industri kertas PT Suparma Tbk dengan memperkuat produk ramah lingkungan.
Direktur PT Suparma Tbk, Hendro Luhur menuturkan, Indonesia menjadi negara penghasil sampah plastik di laut nomor dua terbesar di dunia setelah Tiongkok. Hal itu membuat pemerintah berambisi untuk menekan penggunaan sampah plastik hingga 70 persen pada 2025.
"Guna mendukung upaya tersebut, perseron juga mulai aktif dan fokus untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan," jelasnya pada paparan publik di kantor PT Suparma Tbk, Surabaya, Kamis (14/11/2019).
Sebelumnya, lanjut dia, produk jenis ramah lingkungan yang dihasilkan perseroan adalah hand towel yang dibuat dengan bahan ramah lingkungan. Produk ini menyasar segmen Horeka (hotel, restoran, dan kafe).
"Bahkan saat ini produk hand towel berwarna coklat ini mulai merambah industri manufaktur yakni untuk menggantikan fungsi lap kain yang selama ini banyak digunakan. Nah, kita terus mengedukasi penggunaan tisu tangan, yang selain lebih ramah lingkungan, higienis, dan harga lebih efisien," tandas Hendro Luhur.
Produk lain yang mulai mendapatkan sentuhan 'ramah lingkungan', lanjut dia, adalah laminated wrapping kraft atau LWK atau kertas coklat pembungkus makanan merek Gajah. Saat ini, lapisan plastik yang digunakan untuk pelapis kertas tersebut menggunakan oxium.
Bahan ini dinilai lebih ramah lingkungan karena recycle atau masa urai plastik tersebut hanya sekitar 2-5 tahun. Jauh lebih singkat dibanding plastik pada umumnya yang rata-rata membutuhkan ratusan tahun untuk bisa terurai di dalam tanah.
"Dan ini adalah produk karya anak bangsa. Sehingga selain harganya lebih murah, juga kita mendukung produk lokal," jelas Hendro Luhur.
Tidak sampai di situ saja, dukungan akan upaya penerapan 'go green' di perusahaan juga diterapkan dengan alokasi corporate social responsibility (CSR) yang sebagian besar difokuskan pada kegiatan bertemakan ramah lingkungan. Komposisinya untuk CSR lingkungan hidup sebesar 50 persen, komunitas sekiar pabrik 30 persen, dan sisanya untuk pendidikan.
"Setiap tahun kita mengalokasikan sebesar 5 persen dari laba bersih perseroan di tahun sebelumnya," ungkap Hendro.
Penjualan bertumbuh
Sementara itu pada laporan kinerja perseroan, pada periode Januari-September 2019 perseroan berhasil mencatat penjualan bersih sebesar Rp 1,878 triliun atau naik sebesar 10,8% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan penjualan tersebut disebabkan oleh kenaikan kuantitas penjualan produk kertas dan harga jual rata-rata produk kertas yang masing-masing sebesar 5,9% dan 4,6%.
"Pencapaian ini setara dengan 75,1 persen dari target penjualan bersih perseroan hingga akhir tahun 2019 ini yang sebesar Rp 2,5 triliun. Kami optimis target itu akan tercapai, mengingat per 31 Oktober 2019 lalu penjualan mencapai Rp 2,063 triliun atau tercapai sekitar 83 persen," ulas Hendro.
Sedangkan pencapaian kuantitas penjualan kertas perseroan selama sepuluh bulan di 2019 mencapai 188.894 metrik ton (MT) atau setara dengan 80% dari target kuantitas penjualan kertas perseroan tahun 2019 yang sebesar 236.000 MT.
Kinerja posiif ini juga berimbas kepada pencapaian laba perseroan, dimana pad periode Januari-September 2019 laba komprehensif periode berjalan yang mencapai Rp 96,8 miliar, jauh di atas laba komprehensif periode berjalan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 31,5 miliar.
Dalam kesempatan itu Hendro Luhur juga menyebut progress proyek PM10 atau penambahan untuk mesin baru yang saat ini tengah berjalan yang secara keseluruhan menghabiskan anggaran sebesar US$32,1 juta.
Mesin yang akan menghasilkan produk kertas tisu ini ditargetkan akan mulai produksi komersial pada Oktober 2020 dengan kapasitas terpasang sebesar 54.000 MT.
"Meskin baru ini untuk memenuhi tingginya permintaan produk kertas tisu. Namun nantinya produk dari PM10 ini akan dipasarkan baik untuk pasar lokal maupun ekspor. Komposisinya sekitar 42 persen akan diekspor baik dengan menggunakan brand kita atau tanpa brand," ujar Hendro Luhur.
Asal tahu saja, produk tisu yang dihasilkan perseroan adalah merek Plenty, dan See-U. Produk ini selain dipasarkan di tingkat ritel modern juga segmen hotel, restoran dan kafe dan telah menguasai pasar Horeka di Jawa Timur dan sebagian Pulau Jawa. kbc7
Forum Kapasitas Nasional III 2023 Jakarta Bukukan Kontrak Senilai Rp 20,2 Triliun
Sasar Kalangan Pebisnis Jawa Timur, OPPO Gelar OPPO International Skyport di Surabaya
79 Persen Orang RI Dinilai Telah Berinteraksi dengan Teknologi AI Generatif
Peringati HMPI, Kencana Group Tanam 1.000 Pohon di Kawasan Hutan Arjuno-Welirang
Bank Dunia Sebut 130 Juta Orang Bisa Jatuh Miskin Akibat Perubahan Iklim