Begini cara HAGO gali talenta di industri game digital

Kamis, 26 Desember 2019 | 17:21 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: HAGO, aplikasi game sosial mengumumkan lima pemenang Kompetisi Jawara Game Indonesia. Kompetisi ini merupakan kolaborasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Bapeparekraf) dan Asosiasi Game Indonesia (AGI).

"Kompetisi ini merupakan bagian dari upaya HAGO mendorong ekonomi digital dan talenta kita lokal di Indonesia. Mengejutkannya, ada 87 game yang terdaftar , bukan hanya profesional tapi juga pelajar. Ini sinyal , Indonesia akan menjadi tech-hub di era digital," ujar Vice President Vlight, perusahaan induk HAGO , Joshua Qiao dalam rilisnya di Jakarta, Rabu (25/12/2019).

Joshua mengatakan industri game mengalami pertumbuhan pesat. Perusahan berharap dapat membantu pengembang game lokal . "Tujuan kami adalah untuk meningkatkan industri ekonomi kreatif di Indonesia. Dengan sumber daya yang kami miliki, kami berharap untuk mendapatkan talenta lokal untuk dikembangkan. HAGO juga berharap agar semua muda-mudi di Indonesia dengan mimpi yang berbeda dapat menyalurkan talenta mereka dibidang apapun yang mereka tekuni," kata Joshua di Jakarta.

Joshua mengatakan kualitas talenta lokal ini ditunjukkan melalui tidak sedikitnya game dengan standar tinggi yang diciptakan oleh para peserta dengan detail dan ide game yang unik. Pemenang pertama atau the champion, berhasil membawa pulang hadiah total senilai Rp 60 juta. Kemudian , diikuti oleh runner up pertama hingga keempat yang berhasil mendapatkan Tp 40 juta, Rp 20 juta, Rp 10 juta, dan Rp 5 juta secara berurutan.

Tahoe Games, sebagai the champion untuk Jawara Game Indonesia, berhasil membuat sebuah game ringan yang menarik bernama ‘Cookie Paw Blast’ dengan mengangkat tema kucing dan ikan, sederhana namun menyenangkan. ‘Runner up’ pertama adalah game yang berjudul ‘Treasure Cave’ yang diciptakan oleh Nightspade, diikuti dengan game bernama ‘Slay Z’ dibuat oleh Melon Gaming Studio, ‘Pocong Running’ dibuat Muhammad Taufik dan terakhir ‘Coffee Cat’ Everaldo Sembiring.

Selain itu, kompetisi kali ini juga memberikan penghargaan khusus untuk kategori game buatan mahasiswa/ pelajar terbaik bertajuk The Best Student Game Developer. Untuk kategori ini dimenangkan ‘ASC Web Dev’, komunitas pelajar dari Universitas Bina Nusantara.

Kompetisi ini telah dilaksanakan dari tanggal 20 November 2019 dan berakhir pada tanggal 15 Desember 2019. Berkolaborasi dengan pengembang game lokal, distributor, dan komunitas game kreatif, kompetisi ini bertujuan untuk menemukan dan menciptakan peluang untuk pengembang lokal yang diharapkan akan semakin memperkuat industri game serta ekonomi kreatif di Indonesia. Sebagai bentuk dedikasi dan komitmen terhadap industri game lokal, HAGO juga akan meluncurkan beberapa game oleh pengembang game asli Indonesia pada tahun depan.

Kepala Subdirektorat KOMINFO Luhat Sihombing berharap Jawara Game Indonesia dapat membuka pintu untuk lebih banyak kompetisi seperti ini.Pemerintah mendukung kometisi yang diinisasi HAGO ini memang dibutuhkan para pengembang game. Menurutnya pengembang game Indonesia membutuhkan cara untuk bersinggungan langsung dengan konsumen.

Kualitas pengembang game Indonesia akan menjadi lebih baik. "Kami senang ada pihak yang memulai ini dan kami berharap kedepannya akan banyak kesempatan seperti ini untuk para pengembang gim," tambah Luhat

Deputi Infrastruktur BAPEREKRAF Hari Sungkari mengatakan market game Indonesia berada di nomor 16 dunia, dengan market size-nya pada tahun 2017 sebesar US$880 juta. Namun, peranan game developer Indonesia baru mencapai 5%.

"Inilah challenge kita bersama. Karena itu, Bekraf sangat berkomitmen untuk membantu game developer dan publisher lokal agar bisa menaikkan market share untuk game developer lokal menjadi 10%. Seiringan dengan industri game yang telah memikat banyak minat dari masyarakat Indonesia," katanya.

Dirjen Aplikasi Informasi KOMINFO Semuel Abrijani Pangerapan pun mendukung kompetisi semacam ini yang dapat membantu menggali talenta yang tidak memiliki wadah untuk menunjukkan karya mereka mengembangkan game lokal. HAGO telah membantu untuk mengasah potensi kreator dan talenta lokal yang bergerak di bidang ekonomi kreatif. Modal utama Indonesia adalah keberagaman yang memungkinkan kita untuk membuat produk, kreasi, dan inovasi terbaru.

Wakil Presiden AGI Adam Ardisasmita menyebutkan kometisi seperti ini sangat berguna untuk melahirkan pengembang game baru dan mengembangkan industri game di Indonesia. “Kami memiliki 35 studio gim atau penerbit sebagai anggota, semuanya memiliki potensi yang baik. HAGO memberikan kesempatan besar kepada talenta lokal untuk menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan.

Dia berharap kompetisi Jawara Game Indonesia dapat membantu menanamkan benih-benih pengembang game baru dan meningkatkan kualitas industri game di Indonesia agar dapat bersaing secara internasional.Sebelum kompetisi Jawara Game Indonesia, tahun ini HAGO telah melakukan beberapa kolaborasi dengan berbagai perusahaan dan institusi, seperti AXIS untuk acara Lipstick Challenge, Miniso.kbc11

Bagikan artikel ini: