Stok kosong, Kadin Jatim pertayakan validitas data produksi jagung

Jum'at, 24 Januari 2020 | 00:30 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Peternak ayam petelur mengeluhkan menipisnya ketersediaan jagung untuk pakan ternak di Jawa Timur (Jatim). Hal ini kemudian menyebabkan harga jagung pipilan di pasaran mengalami lonjakan dalam beberapa minggu terakhir.

“Saat ini suplai agak tersendat, harga melonjak naik. Kalau biasanya harga hanya Rp 4.000 per kilogram sekarang sudah mencapai Rp 5.000 per kilogram,” ujar Ulya Abdillah, Peternak ayam petelur asal Blitar, Surabaya, kamis (23/1/2020).

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa saat ini, kebutuhan jagung untuk pakan ternak di Blitar mencapai 500 ton per hari. Biasanya suplai datang dari petani lokal Blitar dan juga dari Bulog. Karena stok jagung di Bulog habis, maka peternak merasa kesulitan untuk mendapatkannya.

“Harapan kami pemerintah segera melakukan pengadaan, dengan cara apapun itu. Entah dengan mendatangkan jagung impor atau dari petani di luar Jatim karena kondisi ini sangat berpengaruh pada biaya produksi untuk peternakan,” ujar Ulya.

Menipisnya stok jagung tersebut juga diamini oleh Kepala Perum Bulog Jatim Khozin saat bersilaturahmi ke Graha Kadin Jatim. Ia mengatakan bahwa saat ini stok jagung yang ada di gudang bulog kosong. Hanya stok beras saja yang tersedia.

Dijelaskan Khozin, sesuai dengan Perpres nomor 48 tahun 2016 penugasan untuk Bulog telah diperbesar pada tiga bahan pokok, yaitu padi, jagung dan kedelai. Saat ini, Bulog Jatim juga telah memiliki gudang yang cukup untuk melakukan penyimpanan atau stok untuk ketiga komoditas tersebut.

“Ini lagi kosong, jagung dan kedelai lagi kosong. Sudah kami siapkan gudangnya, tetapi sekarang lagi kosong. Kapasitas gudang untuk kedelai mencapai 10 ribu ton, sementara untuk jagung tidak terbatas,” ujarnya.

Menanggapi kekosongan stok jagung tersebut, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Adik Dwi Putranto mempertanyakan validitas data produksi jagung yang disajikan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim yang menyatakan bahwa produksi jagung Jatim di akhir 2019 mengalami surplus 4,3 juta ton.

Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim menyatakan bahwa produksi jagung Jatim tahun 2019 mencapai 6,9 juta ton pipilan kering (ppk). Sementara kebutuhan jagung Jatim mencapai 122 ribu ton. Sehingga hingga akhir 2019 produksi jagung Jatim masih surplus sekitar 4,3 juta ton.

“Kalau surplus, dimana barangnya. Karena di pasar tidak ada, semua mengeluhkan sulit mendapatkan pasokan jagung untuk pakan ternak. Bahkan dari pengakuan salah satu anggota Kadin Jatim, stok jagung di Bima dan Gorontalo juga tidak ada,” katanya.

Untuk mengatasi langkahnya jagung di pasaran, kadin berharap pemerintah segera melakukan upaya konkrit untuk mendatangkan jagung, bisa dengan impor dari luar daerah atau dengan impor dari luar negeri. Hanya saja, lanjutnya, ini harus menjadi catatan bersama agar kondisi seperti ini tidak terulang.  Data yang disajikan harus valid agar bisa menata langkah strategis demi tercapainya ketahanan pangan di Jatim dan nasional.

"Kami memiliki komitmen besar untuk mengawal program swasembada pangan di Jatim. Kadin juga siap membentuk Dewan Pangan Jatim yang nantinya akan bertugas untuk melakukan percepatan. Kadin juga siap membantu perluasan lahan pertanian dengan melakukan kerjasama dengan pihak manapun, dengan Pemprov Jatim, Perhutani ataupun swasta,” pungkasnya. kbc6

Bagikan artikel ini: