Terdampak virus corona, Malaysia Airlines terancam gulung tikar

Rabu, 18 Maret 2020 | 15:26 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Pembatasan rute penerbangan serta anjloknya permintaan penerbangan di seluruh dunia akibat pandemi virus corona atau Covid-19 rupanya membuat maskapai Malaysia Airlines mengalami kerugian hingga berisiko bangkrut.

Chief Financial Officer (CFO) Malaysia Aviation Group (MAG) Boo Hui Yee menilai, nasib 13.000 staf Malaysian Airlines dengan maskapai penerbangan lainnya tidak jauh berbeda. Di mana situasi yang memburuk karena virus corona memaksa pemerintah di seluruh dunia melakukan pembatasan perjalanan yang lebih ketat. Hal ini menimbulkan tantangan yang lebih besar dalam operasi setiap maskapai.

“Permintaan telah anjlok dan penumpang mengganggu pusat kontak global dan akun media sosial kami untuk membatalkan pemesanan, menempatkan kami dalam situasi kritis. Banyak maskapai sekarang beresiko bangkrut dan Malaysia Airlines tidak berbeda,” katanya seperti dilansir dari Malay Mail, Rabu (18/3/2020),

Pekan lalu, lanjut Boo Hui Yee, maskapai mendesak karyawan untuk mengambil cuti sukarela tanpa dibayar menyusul gangguan yang dialami akibat Covid-19 pada sektor penerbangan dan pariwisata. Selain itu, Malaysia Airlines sedang mempertimbangkan keputusan yang lebih sulit untuk mempertahankan bisnisnya dalam masa kritis untuk membendung kerugian dan menghemat uang.

“Di sisi lokal, kita menghadapi ketidakpastian politik yang telah menyebabkan volatilitas dalam valuta asing. Ditambah dengan penurunan harga minyak, ringgit telah melemah terhadap dolar AS. Hal ini mengakibatkan biaya yang lebih tinggi bagi kami, yang semakin memperburuk situasi keuangan kritis yang kami hadapi karena penurunan permintaan perjalanan dan penjualan," ujarnya.

“Prioritas utama kami adalah membendung kerugian, menghemat uang, dan mempertahankan bisnis dari ketidakpastian pandemi Covid-19 yang sangat 'berubah," sambung Boo.

Dia mengatakan, tindakan drastis telah diambil untuk memastikan keberlanjutan arus kas untuk bisnis dan ini termasuk manajemen kapasitas, menghalangi pengeluaran tidak kritis, mencari konsesi vendor, pembekuan pengeluaran diskresioner dan pemotongan biaya di banyak daerah.

Sementara itu, Kepala Eksekutif MAS Kapten Izham Ismail mengatakan, pemotongan gaji 10% untuk manajemen sebagai bagian dari langkah-langkah untuk menurunkan biaya operasional dan mengatasi permintaan yang lebih lemah untuk perjalanan udara karena wabah Covid-19. kbc10

Bagikan artikel ini: