Gawat! Bos BI Sebut Kondisi Ekonomi Global Memburuk

Selasa, 14 November 2023 | 05:33 WIB ET
Gubernur BI Perry Warjiyo
Gubernur BI Perry Warjiyo

JAKARTA, kabarbisnis.com: Meningkatnya ketegangan geopolitik yang tidak hanya terjadi antara Rusia-Ukraina, melainkan juga Israel-Hamas berimbas pada dinamika perekonomian global selama 2023 yang berubah sangat cepat dan cenderung memburuk.

"Dinamika perekonomian global sepanjang 2023 berubah sangat cepat dan cenderung memburuk, terutama dipengaruhi oleh berlanjutnya bahkan meningkatnya ketegangan geopolitik baik Rusia-Ukraina dan sekarang tentu saja di Timur Tengah," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (13/11/2023).

Menurutnya, beberapa hal yang menggambarkan perekonomian global memburuk yakni pertumbuhan yang diperkirakan melemah ke 2,9% di 2023 dan kembali melambat ke 2,8% di 2024. Kemudian inflasi global diperkirakan masih tinggi, begitu juga tingginya suku bunga negara maju termasuk Federal Funds Rate (FFR) yang diperkirakan berlangsung lama.

Perry memperkirakan inflasi global masih tinggi di level 5,1% pada 2023 dan 3,8% di 2024, sementara FFR diperkirakan mencapai 5,75% sampai akhir 2023 dan 5,25% di 2024. Keduanya diperkirakan baru akan mulai turun pada paruh kedua tahun depan.

"Mungkin inflasi dunia baru akan mulai turun pada paruh kedua 2024. Kemungkinan-kemungkinan Fed Funds Rate baru akan mulai turun lagi-lagi di paruh kedua tahun depan," bebernya.

Terlepas dari kondisi global yang memburuk, Perry mengklaim pertumbuhan ekonomi Indonesia baik dan berdaya tahan di 2023. Ia memperkirakan sampai akhir tahun ekonomi Indonesia akan berada di level 5,01% dan 5% di 2024.

"Secara keseluruhan dapat kami laporkan bahwa ekonomi Indonesia tetap tumbuh baik dan berdaya tahan terhadap gejolak global," tuturnya.

Inflasi Indonesia disebut terkendali dalam sasaran lebih cepat dan akan berada pada kisaran 3+-1% sampai akhir 2023. Nilai tukar rupiah juga disebut terkendali dan berdaya tahan dari tekanan kuatnya dolar AS.

"Nilai tukar Rupiah terkendali dari tekanan yang sangat kuat mata uang dolar dan relatif lebih baik dibandingkan depresiasi mata uang banyak negara lain," imbuh Perry. kbc10

Bagikan artikel ini: