Jatim alami deflasi 0,09% akibat melandainya harga komoditas

Senin, 3 April 2017 | 20:21 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Melandainya harga berbagai komoditas bahan makanan berdampak pada melambatnya laju indeks harga konsumsi (IHK) di Provinsi Jawa Timur selama Maret 2017. Bahkan Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, pada Maret 2017 Jatim mengalami deflasi sebesar 0,09%, lebih dalam dibanding nasional yang hanya mengalami deflasi sebesar 0,02%.

Kepala BPS Jawa Timur, Teguh Pramono, mengatakan bahwa ada sepuluh komoditas dan jasa yang mengalami penurunan harga yang signifikan sepanjang Maret sehingga memberikan andil cukup besar terjadinya deflasi. Kesepuluh komoditas utama pendorongan deflasi di Jatim tersebut adalah turunnya harga beras, tarif pulsa ponsel, harga cabe rawit, daging ayam, telur, cabe merah, bawang putih, tomat sayur, semen, dan jagung manis.

"Untuk komoditas yang memberikan andil terjadinya inflasi adalah naiknya angkutan udara, tarif listrik 900 Watt, sayur wortel dan bensin," ujar Teguh, Surabaya, Senin (3/4/2017).

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa secara umum Jatim mengalami deflasi, dan tertinggi terjadi di Probolinggo sebesar 0,29%, sedangkan terendah terjadi di Surabaya dan Madiun sebesar 0,06%. Setelah itulah Sumenep 0,65%, Banyuwangi 0,20%, Kediri 0,13% dan Malang 0,09%.

Sementara itu, dari data BPS keseluruhan ibu kota provinsi di Pulau Jawa mengalami deflasi, dan terendah terjadi di Serang, dan DKI Jakarta, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Semarang yang mencapai 0,14%, di andung 0,02%, kemudian Jogjakarta 0,06%, atau sama seperti Surabaya.

"Untuk kota yang mengalami inflasi tertinggi terjadi di Serang 0,29% sedangkan terendah 0,05% dialami DKI Jakarta sebesar 0,05%," katanya.

Adapun untuk laju inflasi kumulatif Jatim dar Januari hingga Maret 2017 yang mencapai 1,68%, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2016 yang hanya mencapai 0,59%. kbc6

Bagikan artikel ini: