Sampai akhir 2017, PLN Jatim targetkan tiga desa terpencil lagi yang bakal teraliri listrik

Kamis, 27 Juli 2017 | 08:00 WIB ET

SURABAYA,  kabarbisnis.com: Setelah sukses mengalirkan listrik di dua desa terpencil, desa Jirek Mas dan Desa Penang di kabupaten Bondowoso, PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur menargetkan bakal kembali mengalirkan listrik untuk tiga desa terpencil lainnya, yaitu Desa Bancamara dan Desa Banras di Pulau Gili Iyang, Desa Jangkong di Kabupaten Sumenep,.

Manager Komunikasi Hukum dan Administrasi PT PLN Distribusi Jatim Wisnu Yulianto mengatakan bahwa di tahun ini, PLN Distribusi Jatim telah mwnargetkan lima desa terpencil yang bakal teraliri listrik. Dua desa terletak di kabupaten Bondowoso yang sudah teraliri sejak Juni 2017 yang lalu dan tiga desa di kabupaten Sumenep.

"Untuk dua desa di Kabupaten Bondowoso,  sudah kami selesaikan pada 20 Juni 2017 lalu.  Tiga desa lainnya,  sedang proses  dan ditargetkan Oktober hingga November 2017 sudah selesai," jelas Wisnu Yulianto,  di sela kegiatan Multi Stakeholders Forum (MSF) di  Surabaya,  Rabu (26/7/2017).  

Program penerangan desa terpencil inibtwrua dilakukan setiap tahun.  Untuk tahun 2018, ada 14 desa lain yang masuk sebagai program pengaliran listrik 24 jam.  Ke 14 desa tersebut merupakan desa-desa yang ada di kepulauan di wilayah Kabupaten Sumenep.  Yaitu Pulau Kangean ada 10 desa,  Pulau Raas ada dua desa,  dan Pulau Sepanjang,  ada dua desa. Langkah ini dilakukan guna memenuhi target peningkatam rasio elektrifikasi Jatim.

"Jika ke lima desa itu sudah teraliri listrik selama 24 jam,  maka rasio elektrifikasi di wilayah Jatim bisa mencapai 99,68 persen," tambahnya.

Ia mengaku, hingga akhir 2018, peningkatan rasio elektrifikasi diperkirakan masih belum bisa mencapai 100 persen.  Masih sekitar 99,74 persen.  Baru di tahun 2019, bisa mencapai 100 persen,  setelah delapan desa di kepulauan,  dilayani aliran listrik.  

"Memang jumlahnya tidak banyak,  terutama dalam hal luas wilayah.  Tapi kondisi wilayah yang berada di kepulauan,  dan jauh dari daratan,  membuat proses konstruksi pengadaan perlu waktu dan biaya yang tidak kecil.  Sehingga perlu tiga tahun,  untuk menyesuaikan dengan waktu pelaksanaan,  bahan baku,  dan pembiayaan," ujar Wisnu.

Untuk melakukan percepatan, maka PLN Distribusi Jatim menggelar MSF 2017. Melaluo pertemuan dengan sejumlah pemangku kepentingan, PLN berharap mendapatkan dukungan terkait  untuk mencapai target tersebut.  Terutama dukungan pemerintah daerah terkait proses perizinan, pengadaan lahan,  dan proses pembangunan.  

Karena dengan adanya pertemuan dengan pemegang kebijakan dapat ditumbuhkan keselarasan pemahaman tentang isu kelistrikan terkini, sehingga akan ada terobosan  untuk meningkatkan pelayanan serta usaha untuk menerangi Jatim.

Wisnu mengaku, ada beberapa kendala yang menghambat target elektrifikasi di Jatim, salah satunya adalah letak geografis sejumlah desa yang sangat sulit dijangkau, sehingga butuh tenaga ekstra agar mampu memasang tiang pancang listik.

"Seperti pemasangan tiang listrik yang kami lakukan di salah satu desa Bondowoso, letak desanya yang sulit dijangkau membuat kami harus kerja ekstra, ditambah dengan posisi tanah yang tidak datar," katanya.

Deputi Manager Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Distribusi Jatim, Pinto Rahardjo menambahkan,  pertemuan ini merupakan upaya untuk mendistribusikan sejumlah informasi terkait pengembangan pembangunan infrastruktur kelistrikan dan pelayanan kelistrikan terkini, khususnya di Jatim.  

"Dengan kegiatan ini,  juga menjadi cara yang dipilih PLN untuk membangun keterbukaan informasi, transparansi dan integritas," pumgkas Pinto.kbc6

Bagikan artikel ini: