Semester I, volume ekspor CPO tumbuh 25 persen

Rabu, 23 Agustus 2017 | 20:08 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Gabungan Industri Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengumumkan ekspor minyak sawit Indonesia semester pertama 2017 tumbuh positif.  Volume ekspor minyak sawit Indonesia (CPO, PKO dan turunannya termasuk oleochemical dan biodiesel) tercatat mencapai 16,6 juta ton atau naik 25 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 12,5 juta ton.

Sementara itu produksi minyak sawit Indonesia pada semester pertama 2017 telah mencapai 18,15 juta ton. Angka ini menunjukkan pertumbuhan 18,6 % dibandingkan dengan produksi pada periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 15,30 juta ton."Produksi semester pertama 2017 ini masih dipengaruhi oleh El Nino tahun lalu sehingga tidak maksimal," ujar Direktur Eksekutif GAPKI Fadhil Hasan di Jakarta, Rabu (23/8/2017).

Fadhil mengungkapkan pada semester pertama ini, GAPKI bekerja sama dengan asosiasi sawit lainnya juga melakukan survei stok fisik minyak sawit untuk mendapatkan data yang lebih akurat dari lapangan. Berdasarkan hasil survei yang diselenggarakan, stok fisik minyak sawit Indonesia di tangki-tangki timbun perusahaan cukup banyak, sehingga perlu diadakan penyesuaian data stok. "Pada semester satu ini, stok minyak sawit Indonesia mencapai 2,325 juta ton yang sudah termasuk angka penyesuaian sebesar 1,5 juta ton," ungkap Fadhil.

Sementara itu dari sisi harga, sepanjang semester pertama 2017 harga bergerak di kisaran US$ 650 – US$ 827.50 per metrik ton. Harga pada Januari cukup menjanjikan dengan rata-rata US$ 805.7 per metrik ton. "Harga ini terus tergerus seiring dengan lesunya ekonomi global yang menyebabkan lesunya permintaan dan melimpahnya produksi minyak nabati lain yang menyebabkan harga menjadi murah," tuturnya.

Sementara itu, selama semester I/2017, kinerja ekspor minyak sawit Indonesia ke negara tujuan utama juga tumbuh positif kecuali Pakistan. Ekspor semester pertama ke Pakistan mengalami penurunan sebesar 5 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau dari 1,1 juta ton pada semester pertama 2016 turun menjadi 1,05 juta ton pada periode yang sama tahun ini. Penurunan juga diikuti oleh negara-negara Timur Tengah yang membukukan sebesar 12%.

Sebaliknya, volume ekspor minyak sawit Indonesia ke India pada semester pertama 2017 mencatatkan pertumbuhan yang cukup siginifikan yaitu naik sebesar 43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau dari 2,6 juta ton menjadi 3,8 juta ton.

Kenaikan yang cukup signifikan juga dicatatkan negara-negara Uni Eropa, mengingat negara benua biru ini melancarkan hambatan dagang dengan menerbitkan resolusi Parlemen Eropa pada Maret lalu. Kinerja ekspor ke benua biru selama semester I 2017 mencapai 2,7 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu hanya mampu mencapai 1,9 juta ton.

"Kenaikan kinerja ekspor semester pertama 2017 diikuti oleh negara-negara Afrika sebesar 36,5 persen, Bangladesh 29 persen, Amerika Serikat 27 persen dan China 18 persen,"terangnya.

Fadhil juga mengutarakan pada pekan keempat Juni kemarin adalah minggu perayaan Idul Fitri di tahun 2017, ekspor minyak sawit Indonesia meningkat karena kebiasaannya konsumsi khususnya di negara berbasis mayoritas muslim akan naik dan mempengaruhi meningkatnya permintaan. Namun demikian untuk tahun 2017 ini, ekspor minyak sawit Indonesia justru malah tersungkur, dengan membukukan penurunan sebesar 18 persen atau dari 2,6 juta ton pada bulan Mei turun menjadi 2,1 juta ton pada Juni.

Padahal harga minyak sawit ketika itu sedang murah di kisaran US$ 640 – US$ 725 per metrik ton dengan harga rata-rata US$ 681.30 per metrik ton. "Sayangnya harga yang rendah ini ternyata tetap tak mampu mendongkrak ekspor," ujar Fadhil.

Lesunya pasar minyak sawit global, ungkap Fadhil,  dipengaruhi oleh melimpahnya produksi minyak nabati lainnya seperti kedelai dan rapeseed. Melimpahnya produksi itu membuat harga kedelai dan rapeseed turun, sehingga minyak sawit yang bukan merupakan minyak nabati utama di Eropa, Amerika dan China bukan menjadi pilihan utama.

Sementara itu, produksi minyak sawit Indonesia pada Juni 2017 ini masih stagnan dan cenderung sedikit menurun. Produksi pada Juni ini juga hanya mampu mencapai 3,327 juta ton atau sekitar 3 ribu ton dibandingkan produksi Mei lalu yang mencapai 3,33 juta ton.kbc11

Bagikan artikel ini: