Mulai Menggeliat, Jumlah Penonton Film RI Diramal Tembus 60 Juta

Minggu, 11 Februari 2024 | 09:17 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Industri film Indonesia diyakini memiliki potensi yang sangat besar. Bahkan tahun ini jumlah penontonya diprediksi mencapai 60 juta orang.

Pengamat film Hikmat Darmawan mengatakan, industri film tanah air perlahan sudah mulai pulih setelah dihantam pandemi Covid-19 selama dua tahun.

Meski belum pulih sepenuhnya, tren industri film Indonesia sudah cukup bagus terutama dari segi perolehan penonton.

Pemulihan ini dapat dilihat salah satunya dari banyaknya film Indonesia yang menarik lebih dari 1 juta penonton tahun lalu.

"Dari segi perolehan penonton sudah pulih, tetapi dari segi pendapatan belum terlalu membayar kerugian dua tahun kemarin," kata Hikmat, dikutip dari Antara, Minggu (11/1/2024).

Menurut Badan Perfilman Indonesia (BPI), industri film Indonesia menyedot 51,2 juta penonton pada 2019, tetapi kemudian anjlok menjadi hanya sekitar 19 juta penonton pada 2020 akibat pandemi Covid-19.

Jumlah penonton makin merosot pada 2021 dengan hanya 4,5 juta penonton, dan baru kembali menggeliat pada 2022 dengan 24 juta penonton.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat industri film nasional makin tumbuh positif sepanjang 2023, dan berhasil menyedot 55 juta penonton bioskop Tanah Air.

Tak hanya itu, bahkan tercatat ada 20 film Indonesia yang mendapatkan lebih dari 1 juta penonton pada tahun lalu, seperti Sewu Dino (4.891.609), Di Ambang Kematian (3.302.047), KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni(2.923.650), Pengabdi Setan 2: Communion (2.685.837), dan Ngeri-Ngeri Sedap (2.668.434).

Hikmat mengatakan, industri film Indonesia memiliki potensi untuk menarik lebih dari 60 juta penonton, asalkan disertai dengan penambahan dan persebaran bioskop yang lebih merata.

Menurut dia, saat ini, persebaran bioskop masih terpusat di Jabodetabek dengan persentase 60%. Kondisi ini membuat jumlah layar bioskop menjadi terbatas dan film yang diproduksi mendapatkan jatah tayang yang minim.

"Karena jumlah layar sedikit, jumlah film yang diproduksi tidak dapat tempat karena terlalu banyak (film), dan daya tampung (bioskop) tidak cukup," kata Hikmat yang juga pernah menjadi Wakil Ketua 1 Dewan Kesenian Jakarta periode 2021-2023 itu. kbc10

Bagikan artikel ini: