Cadangan Devisa RI Anjlok, Pengusaha Usulkan Relaksasi DHE

Jum'at, 10 Mei 2024 | 09:05 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kondisi cadangan devisa Indonesia yang terkuras cukup dalam imbas gejolak nilai tukar rupiah dan pembayaran utang negara mendapat respon dari kalangan pelaku usaha.

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa negara per April 2024 sebesar US$136,2 miliar menjadi yang terendah sejak Desember 2022. 

Ketua Komite Tetap Kebijakan Publik Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Chandra Wahjudi menilai, meskipun mengalami penurunan, kondisi cadangan devisa negara hingga saat ini masih cenderung aman.

"Cadangan devisa dipakai untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pembayaran utang luar negeri, tapi sejauh ini masih aman," ujar Chandra seperti dikutip, Jumat (10/5/2024).

Meski masih dalam zona aman, Chandra menekankan bahwa pemerintah tetap perlu mengantisipasi adanya penguatan dolar Amerika Serikat di masa mendatang yang berisiko menguras cadangan devisa negara lebih dalam.

Sementara kebijakan devisa hasil ekspor sumber daya alam atau DHE SDA juga diakui belum memberikan dampak yang signifikan terhadap penambahan cadangan devisa negara.

Di sisi lain, Chandra memandang kebijakan hilirisasi yang dijalankan pemerintah sudah cukup baik meskipun perlu waktu lebih panjang untuk melihat dampak positifnya.

Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk menggenjot cadangan devisa dibutuhkan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Di antaranya, kata Chandra, dengan mendorong kinerja ekspor dan membuat kebijakan yang lebih sederhana untuk kemudahan dalam berusaha.

Relaksasi aturan DHE kepada eksportir juga dirasa perlu untuk dilakukan dengan memberikan opsi persentase devisa yang ditahan menjadi 10-20% selama periode kurang dari 3 bulan. Relaksasi kebijakan DHE itu dianggap dapat membantu para eksportir dalam mengelola arus keuangan mereka.

"Eksportir juga bisa diberikan insentif baik secara fiskal maupun dukungan lain seperti promosi, peneterasi pasar atau informasi aturan di negara tujuan ekspor," jelasnya.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengungkap penyebab cadangan devisa Indonesia anjlok sebesar US$4,2 miliar atau Rp67,5 triliun menjadi US$136,2 miliar atau setara dengan Rp2.189,9 triliun (kurs Rp16.078 per dolar AS) pada akhir April 2024. BI mencatat cadangan devisa per April 2024 turun posisi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$140,4 miliar atau Rp2.257 triliun.

Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Fadjar Majardi menjelaskan, penyebab penurunan cadangan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Fadjar menegaskan bahwa posisi cadangan devisa pada akhir April 2024 masih setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” katanya. kbc10

Bagikan artikel ini: