Bisnis tambang diprediksi stagnan pada kuartal I/2017

Selasa, 7 Februari 2017 | 14:13 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Para pelaku usaha memperkirakan kondisi bisnis pertambangan dan penggalian masih bakal stagnan pada kuartal I 2017.

Hal itu terlihat dari Indeks Tendensi Bisnis (ITB) yang disurvei Badan Pusat Statistik (BPS) bekerjasama dengan Bank Indonesia pada kuartal IV 2016 lalu. Survei ini diikuti oleh 5.105 responden yang berasal dari pimpinan perusahaan berukuran sedang dan besar.

Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, nilai ITB sektor pertambangan hanya sebesar 100,94 atau tipis di atas basis angka 100. Proyeksi tersebut juga sedikit naik dari realisasi kuartal sebelumnya 100,61. Artinya, pengusaha melihat sektor tersebut tidak akan memburuk namun kondisinya tak bakal membaik dibandingkan kuartal sebelumnya.

"Mungkin pengusaha masih melihat apa yang akan terjadi dengan sektor pertambangan dan penggalian meskipun ada relaksasi," katanya, Senin (6/2/2017).

Selain pertambangan dan penggalian, optimisme pelaku usaha juga relatif rendah untuk sektor konstruksi dengan nilai ITB sebesar 103,39.

Sementara, pelaku usaha optimistis sektor realestat bakal tumbuh lebih tinggi dibandingkan sektor lain selama Januari-Maret. Pasalnya, ITB sektor tersebut merupakan yang tertinggi dengan capaian Rp111,2 triliun.

Secara keseluruhan, perkiran nilai ITB pada kuartal I 2016 tercatat sebesar 105,81, di mana seluruh responden menganggap kondisi bisnis akan terus membaik secara umum. Namun, keyakinan pelaku usaha ini menurun dibanding kuartal IV 2015 terlihat dari angka ITB periode tersebut sebesar 106,7.

Optimisme pengusaha ditopang oleh keyakinan peningkatan order di dalam negeri dengan indeks sebesar 108,51 dan harga jual produk 108,52.

Sementara, indeks keyakinan pada naiknya order dari luar negeri hanya 101,95 seiring dengan belum pastinya kondisi perekonomian global. Sedangkan keyakinan order barang input juga hanya sebesar 103,86.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan, pelaku usaha secara umum optimistis terhadap kondisi bisnis kuartal I 2017. Namun, pebinis lebih berhati-hati mengingat kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian.

Hal itu dipicu oleh pertumbuhan ekonomi China yang masih mengalami tren menurun. Padahal, China merupakan salah satu mitra dagang terbesar dan investor terbesar bagi Indonesia.

Selain itu, pelaku usaha juga memperhatikan dinamika ekonomi Amerika Serikat (AS) saat dipimpin Donald J. Trump serta perkembangan di Uni Eropa pasca keputusan keluarnya Inggris dari kerja sama di kawasan tersebut.

"Saya rasa, sebagai pengusaha juga harus berhati-hati melihat keadaan global juga mempengaruhi posisi Indonesia," jelasnya.

"Dari pengusaha, sepertinya banyak yang masih wait and see dalam mengembangkan bisnis yang ada," tambahnya.

Khusus untuk sektor pertambangan dan penggalian, Shinta berharap ke depan trennya mulai naik. Hal itu seiring dengan tren perbaikan harga komoditas khususnya batu bara dan harga minyak dunia. kbc10

Bagikan artikel ini: