Efek Digitalisasi, 48 Ribu Karyawan Bank di Indonesia Kena PHK

Rabu, 5 Juni 2024 | 09:10 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Industri perbankan di Tanah Air tengah menghadapi gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Tercatat ada lebih dari 48.000 karyawan terkena dampak, karena digitalisasi.

Pemimpin Redaksi Majalah Infobank Eko Supriyanto menjelaskan, badai PHK yang melanda sektor perbankan disebabkan berbagai faktor. Mulai dari digitalisasi layanan yang kemudian berdampak kepada tutupnya cabang-cabang bank di seluruh wilayah Indonesia.

"Faktornya adalah digitalisasi, tutupnya kredit mikro, bank cabang mulai tutup, banyak pegawai yang pensiun sedangkan rekrutmen sedikit, munculnya pesaing fintech seperti pinjol, dan yang terakhir berkurangnya jumlah bank," ujar Eko seperti dikutip, Rabu (5/6/2024).

Berdasarkan pernyataan Eko, digitalisasi memiliki peran yang cukup signifikan dalam badai PHK karyawan bank ini. Inovasi teknologi yang ada mampu menggantikan beberapa peran karyawan perbankan seperti teller serta customer service.

"Fungsi-fungsi teller dan customer service sudah diganti, simpan uang dan buka rekening juga bisa lewat mesin," kata Eko.

Eko juga mengungkapkan bahwa di tengah maraknya karyawan yang di PHK laba bank justru meningkat pesat. Hal tersebut disebabkan oleh produktivitas para karyawan yang semakin meningkat. Meskipun laba meningkat penciptaan lapangan kerja kian berkurang.

"Yang menarik adalah jumlah laba bank-bank meningkat tajam, ini sesuatu yang baik sehingga produktivitas karyawan naik tetapi dari sisi penciptaan lapangan kerja berkurang," ungkap Eko.

Untuk mengendalikan kondisi yang terjadi sekarang ini, Eko berharap bahwa para pemangku kebijakan dapat berperan dalam penciptaan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas sehingga para tenaga kerja dapat terserap dengan baik.

"Para pemangku kebijakan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dimana tenaga kerja dapat terserap secara maksimal," pungkas Eko.

Terakhir, dirinya berpesan kepada para gen Z yang berada di usia produktif untuk lebih fleksibel dan mempersiapkan dirinya bekerja di sektor-sektor informal. Eko juga mengatakan bahwa gen Z harus memiliki kemampuan mengelola finansial yang baik serta memiliki tabungan untuk masa depan.

"Untuk generasi Z nasihat saya cuma satu, kalau tidak bisa masuk dunia formal maka masuk ke dunia informal. Siapkan diri kita sendiri untuk hal ini," tutur Eko. kbc10

Bagikan artikel ini: