Pebisnis Wisata Semringah Libur Panjang Bikinn Cuan Merekah

Sabtu, 25 Mei 2024 | 10:43 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Meski menuai pro dan kontra, kebijakan libur panjang rupanya dinilai para pelaku usaha perjalanan wisata berdampak positif bagi sektor pariwisata di Tanah Air.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesian (Asita) Nunung Rusmiati mengatakan, pendapatan sektor pariwisata dan konsumer naik signifikan dengan kebijakan libur panjang, sehingga membuat masyarakat berwisata dan terjadi pergerakan kunjungan wisatawan.

"Libur panjang menguntungkan pengusaha di sejumlah sektor seperti pariwisata, jasa transportasi, dan perhotelan. Sebab, bisnis mereka berpotensi meningkat selama masa liburan," katanya seperti dikutip, Sabtu (25/5/2024).

Menurutnya, dengan adanya libur panjang tersebut membuat produktivitas pekerja meningkat karena pikirannya menjadi lebih segar. Dengan begitu, pekerja dapat membawa energi dan pemikiran baru yang dapat berdampak positif setelah masuk bekerja.

Namun, Nunung menyadari bahwa surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri yang mengatur libur nasional dan cuti bersama memiliki dua sisi. Dalam industri pariwisata, kebijakan ini dinilai sebagai hal yang menguntungkan karena banyak yang akan memanfaatkan untuk berwisata.

Di sisi lain, seperti sektor padat karya bisa merugikan karena terlalu banyaknya hari libur dan cuti bersama, sehingga memberatkan pengusaha karena mereka harus mengatur ulang operasional dan produksi selama periode tersebut.

"Mungkin sebaiknya untuk hari cuti bersama sedikit dikurangi karena dapat menurunkan produktivitas dan memicu hambatan di sektor-sektor yang saling tergantung satu sama lain, seperti contoh aktivitas ekspor yang harus selalu berkoordinasi dengan operator dan jasa perbankan," ungkapnya.

Untuk solusinya, Ketua Umum ASITA periode 2024-2029 ini memberi masukan agar kebijakan libur tidak mengganggu produktivitas pekerja dan industri dengan merencanakan penggantian jam kerja karyawan dengan bijak.

"Pastikan terdapat pekerja yang tersedia untuk menangani pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh karyawan yang sedang liburan. Selain itu, komunikasi yang baik antara tim juga penting," beber dia.

"Pemberitahuan yang cukup kepada semua pihak tentang siapa yang akan menggantikan tugas tertentu dan bagaimana alur kerja akan diatur selama periode libur," imbuh dia.

Dia juga menjelaskan, bisa dibandingkan dengan negara ASEAN lain yang memiliki hari libur, tentu Indonesia bukanlah negara yang memiliki hari libur terbanyak berdasarkan artikel-artikel.

Dikatakannya, negara ASEAN yang memiliki hari libur terbanyak, yaitu Kamboja dengan hari libur sebanyak 28 hari dalam setahun. Sementara Indonesia pada tahun ini memiliki hari libur nasional sebanyak 27 hari dalam setahun. Tentu sudah terlihat jelas bahwa Kamboja yang merupakan negara ASEAN yang memiliki hari libur nasional terbanyak.

Namun, bila dibandingkan dengan Vietnam sebagai negara tujuan wisata libur nasional hanya 11 hari libur nasional per tahun, sementara Indonesia 17 hari per tahun ditambah cuti Bersama 10 hari, tentu pemerintah Indonesia memiliki alasan mengapa memiliki banyak hari libur.

"Salah satunya untuk menaikkan ekonomi sektor pariwisata. Oleh sebab itu, meskipun banyak hari libur, tetapi sektor pariwisata tetap bekerja untuk meningkatkan kualitas ekonomi," ungkap Nunung.

Dengan demikian, dia berharap libur cuti bersama masih perlu dipertahankan dengan menimbang dari sektor usahanya. Sebab dari sektor pariwisata libur yang lebih panjang, industri ini akan terdongkrak.

"Hotel dan restoran semakin hidup dan menggeliat. Ekonomi di kantong-kantong pariwisata kian memuncak. Para pekerja, karyawan, dan ASN yang menghabiskan liburan lebih panjang tentu akan lebih segar dan bersemangat saat kembali masuk kerja," urainya.

"Namun, bagi sektor usaha padat karya dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja, sehingga hal ini perlu dipertimbangkan tergantung dari sektor usahanya," pungkasnya. kbc10

Bagikan artikel ini: