Perdagangan Bursa Karbon di RI, Jauh Panggang dari Api

Jum'at, 5 Juli 2024 | 09:29 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat transaksi karbon di bursa karbon atau IDX Carbon akumulasi volume perdagangan di bursa karbon sebanyak 608.740 ton co2 atau senilai Rp36,78 miliar per 3 Juli 2024. Angka tersebut belum sesuai dari harapan.

Direktur Pengawasan Bursa Karbon OJK Lufaldy Ernanda mengatakan bahwa jumlah itu masih jauh dari ekspektasi dan potensi kredit karbon di Indonesia yang mencapai Rp3.000 triliun.

"Kalau di-compare dengan ekspektasi kita, terus terang jauh di atas ini sih. Jadi memang boleh kita sampaikan secara overall, kita memang melihat perkembangannya masih sangat slow, bahkan bukan slow tapi sangat slow," ujar pria yang akrab disapa Aldy itu seperti dikutip, Jumat (5/7/2024).

Dia menyorot juga bahwa supplier karbon yakni Pertamina New and Renewable Energy (Pertamina NRE) dan PT PLN Nusantara Power, yang keduanya berasal dari sektor energi. Aldi mengatakan bahwa pihaknya menginginkan supplier berasal dari sektor lain, tetapi belum tercapai karena keterbatasan waktu sebelum bursa karbon meluncur.

"Tapi overall, jauh lah dari potensi Rp3000 triliun ini. Jadi memang masih jauh," ujar Aldy.

Dia mengatakan bahwa sebenarnya OJK dan stakeholders terkait sudah cukup agresif mendorong bursa karbon sebagai pasar sekunder. Dari segi infrastruktur dan teknologi, semuanya sudah memadai.

"Kalau [ibarat] perdagangan mobil, showroom-nya itu udah keren banget. Customer service udah lengkap, gedungnya canggih ruangnya kaca, full AC. Kita tinggal tunggu nih, kira-kira pemerintah mau diisi apa. Diisi bemo juga bisa sebenarnya. Bisa diisi mobil branded juga," tandas Aldy.

Sementara itu, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik mengatakan bursa karbon ini memang hal yang baru, masih dibutuhkan pemahaman.

Meskipun perdagangannya masih jauh dari ekspektasi, Jeffrey memandang sisi positifnya, bahwa volume transaksi di IDX Carbon sudah hampir 3 kali lipat melebihi bursa karbon Malaysia yang diluncurkan 9 bulan lebih awal.

"Tentunya, dalam konteks itu, kita tidak berkecil hati. Tetapi kalau itu kita bandingkan dengan potensi riil kita, memang masih sangat kecil. Itu membuat kita jauh lebih semangat ke depannya. Potensi kita jauh lebih besar, kita mensyukuri tapi jauh lebih semangat," ujarnya.

Dia mengungkapkan, salah satu upaya BEI untuk mendorong perdagangan karbon, yakni dengan mengajak perusahaan tercatat dan emiten untuk masuk ke Net Zero Incubator yang akan segera digelar. kbc10

Bagikan artikel ini: