Di tengah kenaikan biaya produksi, Siantar Top tetap optimis kinerja tahun ini naik dua digit

Jum'at, 1 Juli 2022 | 18:26 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Produsen makanan ringan, PT Siantar Top Tbk (STTP) berharap dapat melanjutkan tren positif kinerja bisnisnya hingga akhir tahun 2022. Perseroan berhasil membukukan kinerja positif pada kuartal I/2022.

Sebagai informasi, penjualan bersih perseroan pada tiga bulan pertama 2022 sebesar Rp 1,18 triliun, atau naik sebesar 15,29 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Laba bersih STTP juga meningkat 6,12% (yoy) menjadi Rp 164,19 miliar di periode yang sama.

Direktur Siantar Top, Armin mensyukuri hasil kinerja yang dicapai perseroan selama tiga bulan pertama tahun ini. Pihaknya pun masih berupaya meraih pertumbuhan penjualan dan laba bersih dua digit sampai akhir tahun nanti.

Armin mengaku, bukan perkara mudah untuk memenuhi target kinerja tersebut. Sebab, perekonomian nasional dan global masih diliputi oleh ketidakpastian. Dari sisi konsumen, pelemahan ekonomi tentu berdampak bagi daya beli mereka, sehingga berpengaruh pada penjualan perseroan.

"Selain itu, harga sejumlah bahan baku pangan telah mengalami kenaikan yang cukup tajam akibat kombinasi efek pandemi Covid-19 dan eskalasi konflik geopolitik Rusia dengan Ukraina," katanya pada paparan publik PT Siantar Top Tbk di Surabaya, Jumat (1/7/2022).

Kondisi itu, lanjut Armin, membuat harga bahan baku dalam hal ini tepung gandum mengalami kenaikan harga. Selain gandum, kenaikan harga juga terdapat pada bahan baku minyak goreng. Rata-rata kenaikan harga bahan baku tersebut mencapai 30-40 persen.

Untuk diketahui, tepung dan minyak goreng memegang kontribusi cukup besar bagi kebutuhan bahan baku perseroan. "Keduanya rata-rata kontribusinya mencapai 20 persen tergantung jenis produknya," ungkap Armin.

Selain bahan baku, dia bilang, membengkaknya biaya operasional juga didorong oleh kendala angkutan barang, yakni kapal.

Kondisi itu membuatnya harus melalukan penyesuaian harga jual produk, meski dilalukan perlahan dan penuh kehati-hatian. "Kami harus selalu memantau situasi pasar. Penyesuaian harga produk pun tidak bisa dilakukan terlalu ekstrim, karena bisa mempengaruhi penjualan," ungkap Armin.

Ditambahkan Armin, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi agar tetap bisa menjaga kinerja positif di akhir tahun ini. Selain mendongkrak produk agar naik kelas, juga terus melalukan inovasi dan modifikasi produk.

"Kami juga melalukan perluasan dan penetrasi distribusi produk untuk pemerataan pasar," ujarnya.

Perseroan juga akan memaksimalkan kemampuan produksi pabriknya guna mengatrol penjualan di tahun 2022.

Untuk tahun ini, Siantar Top menyiapkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 350 miliar. Sebagian besar dana capex tersebut digunakan untuk optimalisasi dan penambahan mesin baru untuk produksi di pabrik perseroan. Selain itu, capex Siantar Top juga digunakan untuk investasi penambahan produk baru dan investasi mendukung anak usaha.

"Seiring dengan pertumbuhan kinerja, kami sudah harus menambah dan melakukan upgrade pada mesin-mesin yang ada di pabrik," tandas dia.

Sementara itu berdasar laporan keuangan perseroan, sepanjang tahun 2021 lalu PT Siantar Top Tbk mencatat penjualan bersih sebesar Rp4,24 triliun, naik dari Rp3,85 triliun pada tahun sebelumnya.

Laba kotor tercatat Rp1,03 triliun turun dari laba kotor Rp1,07 triliun. Sedangkan laba tahun berjalan yang diatribusikan ke pemilik entitas induk turun menjadi Rp617,51 miliar dari laba Rp628,56 miliar tahun sebelumnya.

Siantar Top memiliki tiga segmen produk makanan ringan, yaitu kerupuk yang terdiri dari merek French Fries 2000, Tic Tic, dan Twistko. Lalu, terdapat segmen mie dengan merek seperti Spix Mie Goreng, Gemez Enaak, Soba Mie, dan Suki.

Ada pula segmen biskuit dan wafer seperti Deo Goriorio, Deo Go Potato, Go Malkist, dan lain-lain. Siantar Top juga menjual kopi instan dengan merek O’Krimer dan Maestro.

"Penjualan domestik perseroan mencapai 90 persen. Sedangkan ekspor 10 persen, diantaranya menembus pasar China, Taiwan, Korea, dan beberapa negara lain," pungkas Armin. kbc7

Bagikan artikel ini: