Bank Dunia Ungkap 3 Faktor Penghambat Pertumbuhan Ekonomi RI

Selasa, 3 Oktober 2023 | 07:01 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Bank Dunia atau World Bank menyebut ada beberapa hal yang membuat pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia mengalami pelemahan.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo mengatakan, tiga faktor itu terkait kondisi utang yang terus membengkak, melambatnya ekonomi China, dan masalah iklim perdagangan dunia.

Dia menjelaskan, bengkaknya utang negara di kawasan ini terjadi setelah pandemi Covid-19. Hal itu membuat ruang fiskal terbatas, menghambat investasi publik, dan membebani investasi swasta.

"Kawasan yang dikenal sebagai kawasan hemat ini, mereka mengalami tingkat utang yang sangat tinggi. Bukan hanya ditunjukkan oleh satu negara atau pemerintah, tetapi juga di sektor korporasi dan rumah tangga," kata dia dalam konferensi pers bertajuk World Bank East Asia and Pacific Economicc update Oktober 2023, dikutip Senin (2/10/2023).

Dikatakannya, rumah tangga memiliki sisa uang yang sedikit. Sementara sisi pemerintah dan korporasi mengindikasikan sumber daya untuk investasi semakin berkurang. Kedua, kondisi ekonomi China yang melambat juga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut.

Peningkatan utang dan pelemahan aset properti China menjadi faktor yang membuat ekonomi melambat. "Pada saat bersamaan, China beralih dari model pertumbuhan macam itu yang bergantung pada konsumsi dan investasi," imbuh dia.

Hal itu untuk memastikan pertumbuhan ekonomi berjalan inklusif. Artinya, manfaat ekonominya dapat dibagi secara luas dan stabil.

Sebagai catatan, China selama ini bergantung pada pertumbuhan investasi di bidang infrastruktur dan real estat. Namun, sektor ini semakin melamah dan membuat banyak perusahaan berutang.

Lebih lanjut Aaditya menerangkan, faktor ketiga adalah pengetatan iklim perdagangan global. Permintaan global terus melambat. Itu dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik diberbagai wilayah, salah satunya antara China dan Amerika Serikat (AS).

Namun begitu, Aaditya bilang kawasan ini memiliki peluang dengan melakukan revolusi digital melalui reformasi.

"Reformasi jasa dan digitalisasi dapat menghasilkan siklus yang baik dalam meningkatkan peluang ekonomi serta mengembangkan kapasitas sumber daya manusia yang mendorong pembangunan di kawasan ini," tandas dia.

Sebagai informasi, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik ada pada kisaran 5 persen pada 2023.

Namun, pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan pada semester II-2023. Pada 2024, pertumbuhan ekonomi kawasan ini diprediksi 4,5 persen. kbc10

Bagikan artikel ini: