Kemenhub Kembangkan Bandara Perairan buat Tarik Wisatawan, Ini Lokasinya

Senin, 24 Juni 2024 | 11:41 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah mendorong pengembangan bandara perairan sebagai alternatif transportasi penyeberangan di Indonesia. Bandar udara perairan juga disebut punya potensi untuk menarik minat wisatawan ke Indonesia.

Guna mendukung hal tersebut, Kemenhub telah melakukan uji coba penerbangan seaplane di Pantai Mertasari, Bali pada Kamis (20/6/2024).

Uji coba penerbangan seaplane dilakukan sebagai upaya mendorong area di sekitar Denpasar, Bali untuk menjadi seaplane hub pertama di Indonesia yang kemudian terhubung dengan lokasi-lokasi potensial lainnya.

Kegiatan ini merupakan uji coba kedua yang sebelumnya telah dilakukan pada 2021 di Pulau Gili Iyang, Sumenep, Jawa Timur. Uji coba seaplane ini juga menjadi tindak lanjut dari kegiatan quick win Baketrans pada 2024 terkait Bandar Udara Perairan.

Kepala Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kemenhub, Robby Kurniawan mengatakan, bandar udara perairan memiliki potensi dan peluang bagi negara Indonesia. Dia menuturkan, bandar udara perairan dapat menjadi alternatif transportasi penyeberangan, menghubungkan antar Ibu Kota Provinsi atau kota-kota besar dengan kota lainnya.

Selain itu, bandara udara perairan juga dapat menjadi penghubung bagi para turis dari hub bandara ke destinasi wisata berbasis perairan, serta menjadi simpul transportasi perintis bagi daerah pulau dan kepulauan khususnya di wilayah 3T.

"Pengoperasian bandar udara perairan dan seaplane di negara kepulauan seperti Indonesia, selain dapat menjadi opsi dalam meningkatkan konektivitas, juga dapat menjadi peluang baru bagi wilayah-wilayah di Indonesia dalam menarik minat wisatawan dan pengembangan destinasi wisata di wilayah tersebut," kata Robby dikutip dari keterangan resminya, Senin (24/6/2024).

Dia menuturkan, pada tahun ini pihaknya telah melakukan analisis kebijakan dan studi kelayakan terkait pengoperasian bandar udara perairan berstatus umum dengan fokus usulan berupa pilot project di wilayah selatan Bali yang kemudian akan berperan sebagai hub.

Berdasarkan kajian yang dilakukan bersama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut, Bali dipilih lokasi pilot project karena jumlah kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara yang tertinggi di Indonesia. Pada 2018, Denpasar menerima 6 Juta kedatangan wisatawan dan diproyeksikan pada 2024 akan menjadi 6,6 juta kedatangan.

"Bali sudah memiliki pangsa pasar tersendiri. Saat ini industri aviasi di Bali luar biasa, untuk transportasi sewa helikopter sudah sangat berkembang dan peminatnya sangat banyak, jadi seaplane ini bisa menjadi alternatif," ujar Robby.

Sementara itu, Kepala Pusat Kebijakan Prasarana Transportasi dan Integrasi Moda sekaligus Ketua Uji Coba Seaplane, Capt. Novyanto Widadi menambahkan, Indonesia bisa memiliki alternatif transportasi baru. Dia juga menilai seaplane dapat memberikan pengalaman berbeda dalam menggunakan transportasi.

"Selain kapal laut sebagai pilihan, seaplane atau pesawat amfibi menjadi satu-satunya transportasi alternatif yang dapat mengkolaborasikan air dan udara. Seaplane menjadi alternatif transportasi perairan untuk Indonesia yang secara geografis merupakan negara kepulauan," jelas Capt. Novyanto.

Dia menuturkan, Bandar Udara Perairan sebagai fasilitas penunjang utama pengoperasian seaplane juga dinilai memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah efisien dan ramah lingkungan, memiliki kombinasi kecepatan dan fleksibilitas, mengurangi kebergantungan lahan, sebagai penghubung remote area  dan menurunkan kejenuhan lalu lintas udara.

Saat ini di Indonesia terdapat 5 Bandar Udara Perairan (berstatus khusus) yaitu di Pulau Bawah, Teluk Pangpang Banyuwangi, Sungai Kahayan, Benette dan Pulau Moyo. kbc10

Bagikan artikel ini: