Potensi Pasar Hilirisasi Rumput Laut Capai Rp193,2 Triliun

Selasa, 25 Juni 2024 | 16:19 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memprediksi pada tahun 2030 mendatang, produk hilir rumput laut alias rumput laut olahan memiliki pangsa pasar baru yang potensi pasarnya mencapai US$11,8 miliar atau setara Rp 193,2 triliun (asumsi kurs Rp 16.374/US$).

Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika menerangkan laporan itu berasal dari The Global Seaweed: New and Emerging Market Report tahun 2023. Adapun produk hilir rumput laut yang dimaksud mencakup biostimulan, bioplastik, aditif pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, dan tekstil.

"The Global Seaweed mengidentifikasi pangsa pasar baru yang akan berkembang pada tahun 2030 untuk produk hilir rumput laut dengan potensi pasar sebesar US$11,8 miliar," ujar Juli dalam Business Matching Industri Pengolahan Rumput Laut, di  Jakarta, Selasa (25/6/2024).

Untuk mewujudkan itu, Putu meminta industri dalam negeri untuk mengembangkan dan melakukan inovasi produk yang berasal dari bahan baku rumput laut. Dia meyakini kedua hal tersebut dapat mendorong hilirisasi rumput laut menjadi produk potensial.

Selain itu, dia menilai pentingnya meningkatkan daya saing dan optimalisasi hilirisasi industri rumput laut dalam negeri. Adapun langkah Kemenperin saat ini, yaitu bersinergi dengan berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) melalui afirmasi program dan kebijakan dalam rangka percepatan hilirisasi industri rumput laut nasional.

Setidaknya, ada dua K/L yang belakangan ini tengah menggalakkan program hilirisasi produk rumput laut Indonesia, yaitu Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). "Kemenperin akan meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut," imbuh Putu.

Sebagai upaya mendongkrak hilirisasi komoditas rumput laut, Putu mengatakan, Kemenperin akan melakukan diversifikasi produk olahan rumput laut, lalu mendorong kerja sama antara industri pengolahan rumput laut dengan industri pengguna. Kemudian, lanjut Putu, Kemenperin juga bakal mendorong program sertifikasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN), dan restrukturisasi mesin atau peralatan bagi industri pengolahan rumput laut.

Selanjutnya, Putu mengutarakan, industri pengolahan rumput laut Indonesia memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Di antaranya, karena bahan bakunya melimpah, dan industrinya potensial mengembangkan berbagai produk turunan yang bernilai tambah tinggi.

Dia pun menambahkan, Indonesia adalah negara penghasil budidaya rumput laut terbesar ke-2 di dunia. Sebab, Indonesia merupakan tempat yang sesuai untuk pengembangan rumput laut mulai dari proses budidaya sampai dengan proses hilirisasi. "Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia masih mendominasi ekspor rumput laut kering, baik untuk konsumsi maupun bahan baku industri," tutur Putu.

Meski demikian, masih ada masalah terkait produk hilir rumput laut. Menurutnya, sampai sekarang ini, ekspor produk-produk hilir rumput laut belum tumbuh signifikan.

Dia juga mengatakan, produk ekspor rumput laut Indonesia didominasi oleh rumput laut kering, yakni sebesar 66,61%. Sementara itu, rumput laut olahan seperti karagenan dan agar-agar, hanya sebesar 33,39%.  

Kemenperin mencatat pada 2023, RI memproduksi 10,7 juta ton rumput laut basah. Dari jumlah itu, mayoritas komoditas rumput laut diolah lalu dimanfaatkan untuk produk makanan dan minuman sebesar 77%. Sementara untuk farmasi, kosmetik, dan lainnya hanya sebesar 23%.

Ke depannya, Putu meyakini produk hilir, rumput laut olahan, memiliki potensi yang besar seperti yang tertuang dalam laporan The Global Seaweed. Guna mewujudkannya, dia berharap industri domestik bisa beradaptasi dan meraih peluang pasar yang besar. "Industri ini perlu lebih adaptif terhadap perubahan dan perkembangan pasar," tutup Putu. kbc11

Bagikan artikel ini: