Merosotnya Lifting Minyak Bisa Bikin RI Terus Bergantung Impor

Kamis, 30 Mei 2024 | 17:32 WIB ET

JAKARTA, kabarbisnis.com: Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengkhawatirkan Indonesia akan terus ketergantungan terhadap impor minyak seiring penurunan target produksi siap jual (lifting) minyak.

Pemerintah menetapkan target lifting minyak mentah di 2025 sebesar sebesar 597 ribu barel per hari atau barrel of oil per day (bopd). Lebih rendah dari target lifting minyak di 2024 yang berjumlah 635 ribu bopd. Sementara, rata-rata kebutuhan minyak mentah nasional mencapai 1,4 juta bopd.

"Masa kita terus tergantung impor BBM.Hampir sebanyak 850 ribu bopd tiap harinya diimpor," ujar Mulyanto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (30/5/2024).

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2024 disebutkan, Indonesia mengimpor minyak mentah dari Nigeria, Saudi Arabia, Angola dan Gabon.Sedangkan, sumber utama impor bahan bakar minyak (BBM) Indonesia ialah Singapura dengan porsi 56,58%, lalu dari Malaysia dengan 26,75%, impor BBM dari India dengan 6,28% dan negara lainnya seperti Tiongkok, Oman, Korea.

"Padahal Singapura adalah negara kecil yang tidak punya minyak, tapi kita terus impor (BBM) dari mereka," ungkap legislator dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Mulyanto mengingatkan tantangan sektor minyak dan gas (migas) ke depan akan semakin sulit. Kapasitas kilang dalam negeri bukannya bertambah, dikatakan malah turun karena terjadinya kasus-kasus kebakaran kilang, sebagaimana insiden yang baru-baru ini ada di Bontang, Kalimantan Timur.

Diketahui kebakaran melahap Kilang Pertamina Indonesia (KPI) unit Balikpapan, di Balikpapan Barat, Sabtu (25/5/2024) lalu.Dia pun mendesak kepada pemerintah lebih serius mengelola sektor migas agar keuangan negara tidak semakin tertekan karena meningkatnya impor yang mengakibatkan devisa terus melorot.

"Selain karena penurunan akibat ladang-ladang minyak kita yang sudah semakin tua dan masalah kebakaran di kilang, investasi di sektor ini pun semakin seret," tuding Mulyanto.

Banyak investor besar minyak disebut tidak lagi tertarik melanjutkan investasi di Tanah Air karena harus berkompetisi dengan bisnis energi baru terbarukan (EBT).

Terpisah, pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM,Dadan Kusdiana, menuturkan berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengejar target lifting minyak 597 ribu bopd, dan 1,36 juta barel setara minyak untuk gas bumi atau setara 5.843 mmscfd di 2025.

Strategi-strategi yang dikerjakan ialah improving existing asset value atau strategi untuk mengoptimalkan produksi di wilayah kerja migas dengan peningkatan pengeboran. Ini melalui skema work over atau pekerjaan ulang di sumur minyak yang telah ada dan well service atau perawatan sumur minyak. "Kami juga melakukan reaktivasi sumur-sumur yang idle (menganggur)," jelas Dadan di Jakarta, kemarin.

Pemerintah, lanjut Dadan, juga terus melakukan pengawasan terhadap perencanaan berbagai program percepatan plan of development (POD) blok migas, mendorong percepatan proyek pengurasan minyak tahap lanjut atau yang lebih dikenal enhanced oil recovery (EOR). "Serta, meningkatkan kegiatan eksplorasi di offshore, serta di laut dalam Indonesia bagian timur," pungkasnya. kbc11

Bagikan artikel ini: