Di Tengah Pelemahan Daya Beli Masyarakat, Siantar Top Incar Penjualan Tumbuh Dua Digit di 2024

Selasa, 25 Juni 2024 | 15:28 WIB ET

SURABAYA, kabarbisnis.com: Emiten produsen makanan ringan, PT Siantar Top Tbk (STTP) menargetkan penjualannya bisa tumbuh dua digit pada tahun 2024, meski dihadapkan pada berbagai tantangan di pasar.

Direktur Utama Siantar Top, Armin mengatakan, saat ini perseroan menghadapi tantangan baik di pasar domestik maupun ekspor. Di pasar domestik, dia menyebut, terjadi pelemahan daya beli akibat menurunnya uang beredar di masyarakat. Sementara di pasar ekspor, adanya gejolak geopolitik global.

"Kondisi ini mulai terasa sejak semester dua tahun 2023 lalu, dan berlanjut di tahun 2024 ini. Namun demikian, kami optimistis kinerja perseroan hingga akhir tahun 2024 akan tumbuh double digit," ujarnya pada paparan publik perseroan di Surabaya, Selasa (25/6/2024).

Sepanjang tahun 2023 lalu, Siantar Top mencatat penjualan bersih sebesar Rp 4,77 triliun. Pendapatan ini turun 3,33 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp 4,93 triliun.

Sementara laba bersih perseroan di tahun 2023 sebesar Rp 917,68 miliar, naik 46,95 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 624,4 miliar.

Untuk bisa mencapai target pertumbuhan sebesar dua digit di 2024, menurut Direktur Siantar Top, Suwanto, pihaknya telah melakukan berbagai strategi baik di pasar domestik maupun ekspor.

"Untuk pasar domestik kami terus mengeluarkan produk baru di semeua segmen, baik low maupun menengah atas serta terus melakukan penetrasi serta memeratakan pasar hingga daerah-daerah. Selain itu tetap melakukan program below the line dengan beragam even," tandasnya.

Sedangkan untuk pasar ekspor, Suwanto menyebut, selain terus melakukan penetrasi di pasar yang sudah ada, juga memperluas pasar di negara-negara baru.

Tahun ini, produk perseroan sudah merambah pasar Kanada dan Kazakhstan. Dengan masuk di pasar Kanada, perseroan berharap bisa menjangkau pasar Amerika. Sedangkan di pasar Kazakhstan diharapkan bisa diperluas ke pasar Uzbekistan hingga Rusia.

"Kami bersyukur dengan massifnya penetrasi di pasar ekspor mampu mendongkrak komposisi penjualan ekspor perseroan, yang saat ini sudah di kisaran 16,24 persen," ungkap Suwanto.

Sementara itu terkait tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Armin menambahkan, jika kondisi itu terus berlangsung memang akan memengaruhi bahan baku, dimana sekitar 30 persen masih diimpor.

"Namun kami sudah mengantisipasi dengan melakukan stok bahan baku hingga beberapa bulan, sehingga masih belum terasa dampaknya. Namun kami berharap semoga nilai tukar rupiah akan kembali menguat dan stabil," harapnya.

Meski dihadapkan pada tantangan pasar dan gejolak kurs rupiah, namun Armin mengatakan perseroan belum menaikkan harga jual produk. Yang dilakukan saat ini adalah menaikkan level kelas produknya dengan kemasan yang lebih premium, dengan harga di atasnya.

"Kita punya dua segmentasi produk, yakni di harga kisaran Rp 2.000-an dan di range harga Rp 5.000 - Rp 10.000 per bungkus," terangnya.

Sebagai informasi, Siantar Top menjual produk biskuit dan wafer dengan merek Go!, Go! Potato, Goriorio dan MyChoco. STTP juga menjual produk snack mie melalui merek Gemez Enaak. Juga makanan ringan merek Twistko, TicTic dan French Fries2000. kbc7

Bagikan artikel ini: